Masjid Jami’ Lasem Rembang: Jejak Sejarah, Arsitektur Unik, dan Pusat Dakwah di Pesisir Utara Jawa
Jika Anda melintasi jalur Pantura Jawa Tengah, tepatnya di kawasan Lasem, Rembang, jangan lewatkan sebuah bangunan bersejarah yang telah berdiri lebih dari empat abad yaitu Masjid Jami’ Lasem Rembang.
Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga saksi bisu penyebaran Islam, perlawanan terhadap penjajah, sekaligus pusat akulturasi budaya yang masih terjaga hingga hari ini.
Lokasi Masjid Jami’ Lasem Rembang
Masjid Jami’ Lasem terletak di Desa Kauman, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Lokasinya sangat strategis karena berada di jalur utama Pantura, berdekatan dengan kawasan Pecinan dan bekas alun-alun Lasem yang kini menjadi pusat kuliner.
Posisinya yang berada di jalur perdagangan dan pertemuan budaya membuat masjid ini memiliki nilai sejarah yang tinggi. Tak heran jika hingga kini, Masjid Jami’ Lasem masih menjadi salah satu destinasi religi dan wisata budaya yang ramai dikunjungi.
Sejarah Masjid Jami’ Lasem Rembang
Tidak ada catatan pasti mengenai tahun pendirian Masjid Jami’ Lasem. Namun, tradisi lisan dan naskah lokal seperti Babad Lasem menyebutkan bahwa pembangunan masjid ini tidak lepas dari peran Mbah Srimpet dan menantunya, Mbah Sambu (Sayyid Abdurrahman), seorang tokoh ulama yang berasal dari keturunan Arab.
Beberapa sumber memperkirakan masjid ini berdiri sejak tahun 1588 Masehi, menjadikannya salah satu masjid tertua di Jawa. Seiring waktu, masjid ini menjadi pusat dakwah sekaligus basis perjuangan melawan penjajah Belanda di kawasan Lasem.
Yang menarik, di dalam kompleks masjid ditemukan sejumlah prasasti dengan tulisan Arab dan Jawa. Sayangnya, prasasti tersebut hanya berisi kalimat pujian kepada Allah dan tidak menyebutkan tahun pasti pendirian masjid. Meski begitu, keberadaan prasasti tersebut menambah nilai historis yang kental pada masjid ini.
Keunikan Arsitektur Masjid Jami’ Lasem Rembang
Salah satu daya tarik utama Masjid Jami’ Lasem adalah arsitektur uniknya yang merupakan perpaduan berbagai budaya:
1. Atap Joglo Jawa
Struktur utama masjid menggunakan bentuk joglo khas Jawa yang kokoh dan simetris. Hal ini menegaskan pengaruh budaya lokal dalam pembangunan masjid.
2. Sentuhan Minangkabau
Pada bagian museum di kompleks masjid, atapnya berbentuk melengkung mirip rumah gadang khas Minangkabau. Perpaduan ini menunjukkan adanya akulturasi budaya antar daerah.
3. Nuansa Timur Tengah
Unsur arsitektur Islam terlihat pada kubah, ornamen kaligrafi, serta tata ruang dalam masjid.
4. Mustaka Atap Berbentuk Barongan
Inilah yang membuat Masjid Jami’ Lasem semakin unik. Mustaka atapnya berbentuk "barongan", simbol Hindu lokal yang jarang ditemukan di masjid lain. Ini menjadi bukti nyata harmoni budaya Jawa-Hindu-Islam dalam sejarah arsitektur Nusantara.
Selain itu, kompleks masjid dilengkapi dengan serambi, pawestren (ruang salat perempuan), serta area makam ulama-ulama penyebar Islam, termasuk makam Mbah Sambu dan Mbah Srimpet.
Museum Mini Masjid Jami’ Lasem Rembang
Bukan hanya masjid, di kompleks ini juga terdapat museum mini yang berfungsi sebagai pusat edukasi sejarah Islam di pesisir utara Jawa. Museum ini menyimpan berbagai koleksi berharga, di antaranya:
- Manuskrip kuno dan kitab klasik
- Al-Qur’an berukuran besar
- Guci keramik dan peninggalan sejarah lain
- Mesin ketik tua
- Artefak budaya lokal
Interior museum dilengkapi jendela berukir ayat Al-Qur’an yang menambah suasana religius. Keberadaan museum ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, pelajar, hingga peneliti yang ingin mendalami sejarah Islam di Jawa.
Pelestarian dan Penghargaan
Sebagai salah satu cagar budaya, Masjid Jami’ Lasem terus mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun masyarakat. Upaya pelestarian dilakukan melalui renovasi, perawatan berkala, serta digitalisasi manuskrip kuno agar tidak hilang dimakan zaman.
Pada tahun 2024, masjid ini bahkan berhasil meraih Juara 2 kategori Tempat Ibadah Bersejarah dalam ajang AMPeRa (Anugerah Masjid Percontohan dan Ramah) tingkat Provinsi Jawa Tengah. Penghargaan ini menegaskan posisi Masjid Jami’ Lasem sebagai ikon religi dan sejarah yang layak dijaga bersama.
Peran Sosial dan Keagamaan
Sejak awal berdirinya, Masjid Jami’ Lasem tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial dan keagamaan.
Beberapa peran pentingnya antara lain:
- Pusat dakwah Islam di pesisir utara Jawa sejak abad ke-16.
- Saksi sejarah perjuangan rakyat Lasem melawan penjajah.
- Destinasi religi yang banyak dikunjungi peziarah untuk mendoakan para ulama.
Penggerak ekonomi lokal, karena keberadaan masjid ini mendukung tumbuhnya warung, kios, dan usaha masyarakat di sekitarnya.
Kehadiran Masjid Jami’ Lasem menunjukkan bahwa sebuah masjid bisa menjadi lebih dari sekadar tempat ibadah: ia adalah pusat budaya, pendidikan, perjuangan, dan persaudaraan.
Tips Berkunjung ke Masjid Jami’ Lasem Rembang
Bagi Anda yang tertarik berkunjung, berikut beberapa tips agar perjalanan lebih berkesan:
- Pilih waktu kunjungan yang tepat, misalnya setelah subuh atau sore hari untuk menikmati suasana syahdu.
- Kenakan pakaian sopan sesuai etika berkunjung ke tempat ibadah.
- Luangkan waktu ke museum mini, karena di sanalah banyak artefak berharga tersimpan.
- Jangan lupa berziarah ke makam ulama yang berada di kompleks masjid.
- Cicipi kuliner khas Lasem di sekitar area masjid, seperti lontong tuyuhan, sate srepeh, atau kopi lelet.
Masjid Jami’ Lasem Rembang adalah perpaduan sejarah, budaya, dan religiusitas yang sangat menarik untuk dikunjungi. Dengan arsitektur unik yang memadukan gaya Jawa, Minangkabau, Timur Tengah, dan simbol Hindu lokal, masjid ini menjadi saksi akulturasi budaya di Nusantara.
Lebih dari itu, Masjid Jami’ Lasem juga berperan penting dalam penyebaran Islam, perjuangan melawan penjajah, serta pendidikan masyarakat. Hingga kini, masjid ini tetap hidup sebagai pusat dakwah, wisata religi, dan warisan budaya yang membanggakan.
Jadi, jika Anda berkesempatan melewati jalur Pantura, sempatkanlah singgah ke Masjid Jami’ Lasem Rembang. Bukan hanya sekadar perjalanan spiritual, tetapi juga sebuah pengalaman menyelami sejarah panjang Islam di pesisir utara Jawa.
Post a Comment