Sedih! Pantai Kartini Rembang Kini Terbengkalai, Kenapa Bisa Begini?

Table of Contents
Pantai Kartini Rembang

Saya masih ingat beberapa tahun lalu, saat Pantai Kartini di Rembang jadi salah satu tujuan wajib kalau liburan ke pesisir utara Jawa. Bukan cuma pantainya yang luas, tapi juga karena di sini ada wahana-wahana seru mulai dari kebun binatang mini, taman, sampai dermaga kayu ikonik yang sering banget jadi latar foto keluarga.

Sayangnya, sekarang semua itu cuma tinggal kenangan. Ya, Pantai Kartini Rembang atau yang biasa disebut Taman Rekreasi Pantai (TRP) Kartini sekarang bisa dibilang terbengkalai. 

Beberapa waktu lalu, saya iseng mampir ke sana, dan pemandangannya bikin saya geleng-geleng kepala. Kebun binatangnya kosong, wahana rusak, mushola kotor, dan dermaga kayu yang dulu gagah kini rapuh dimakan usia.

Kenapa Pantai Kartini Bisa Terbengkalai?

Kalau ditarik ke belakang, masalah utamanya ternyata bukan sekadar cuaca atau pengunjung yang sepi. Justru akar masalahnya ada di rencana revitalisasi yang gagal total. Kabarnya, pada 2023, pemerintah daerah sudah menyiapkan anggaran revitalisasi sekitar Rp 9 miliar. 

Sayangnya, anggaran itu dipangkas jadi Rp 8 miliar, lalu akhirnya batal total karena refocusing ke pos lain. Alhasil, semua rencana perbaikan jadi tinggal wacana.

Buat saya pribadi, ini cukup ironis. Bayangkan, satu-satunya wisata pantai dengan konsep edukasi dan rekreasi keluarga di Rembang malah dibiarkan rusak pelan-pelan. Padahal kalau dikelola dengan benar, Pantai Kartini ini bisa banget jadi motor penggerak ekonomi lokal.

Kondisi Terkini Pantai Kartini Rembang

Kondisi Terkini Pantai Kartini Rembang

Kalau kalian penasaran, kondisi terkini Pantai Kartini bisa dilihat di beberapa video TikTok atau Instagram. Banyak banget konten kreator lokal yang bikin konten "pantai yang ditinggalkan". 

Dan memang benar, suasananya mirip kayak taman bermain horor. Komedi putar diam tak berputar, kandang hewan kosong tak terurus, bahkan kolam renangnya pun mulai kusam.

Yang masih bikin saya terharu, masih ada beberapa pengunjung yang datang biasanya keluarga dengan anak kecil. 

Mereka tetap berenang di kolam meski fasilitasnya minim. Sebuah bukti kalau sebenarnya minat warga buat liburan ke sini masih ada. Tinggal pengelolaannya saja yang perlu dibenahi.

Gagal Revitalisasi Siapa yang Bertanggung Jawab?

Kalau lihat sejarahnya, TRP Kartini ini dulu dikelola pihak ketiga. Namun, beberapa tahun terakhir diambil alih Pemkab Rembang. 

Sayangnya, pengelolaan malah stagnan. Bupati sudah beberapa kali janji mau revitalisasi mulai dari menambah patung RA Kartini, menata jalur visual dari Pantura, sampai rekrut petugas kebersihan baru. Tapi ya, lagi-lagi, kalau anggaran nggak jelas, ya cuma jadi janji.

Saya sih bukan mau nyalahin siapa pun. Tapi kalau bicara realita, sepertinya memang harus ada gebrakan besar. 

Harus ada komitmen anggaran yang jelas, tim pengelola profesional, dan pastinya promosi wisata yang kreatif. Percuma kalau cuma dibersihkan setahun sekali tapi nggak dirawat rutin.

Potensi Pantai Kartini Rembang Masihkah Ada Harapan?

Meski sekarang kondisinya memprihatinkan, saya masih optimis Pantai Kartini belum benar-benar tamat. Lokasinya strategis, dekat jalur Pantura. Kalau lewat Rembang, pasti bakal melewati gapura besar bertuliskan "Pantai Kartini".

Potensi lain? Banyak. Misalnya, kebun binatang bisa dihidupkan lagi dengan kerjasama pecinta satwa. Taman bisa direnovasi jadi taman edukasi prasejarah. 

Dermaga kayu bisa diperbaiki jadi spot sunset kekinian. Bahkan, kalau perlu, undang UMKM lokal buat jualan kuliner khas Rembang. Jadi pengunjung nggak cuma main air, tapi juga belanja.

Yang nggak kalah penting, harus ada program promosi digital yang serius. Zaman sekarang, orang mau liburan pasti cari info di Google, Instagram, atau TikTok. Jadi pengelola wajib banget aktif bikin konten, update kondisi pantai, sampai bikin promo tiket.

Sebagai warga Rembang (atau siapa pun yang peduli), saya rasa kita nggak bisa cuma berharap pada pemerintah. 

Kita bisa mulai dari hal sederhana: datang ke Pantai Kartini, bayar tiket, dan share kondisi aslinya di media sosial. Kalau banyak orang tahu, siapa tahu bakal ada investor yang tertarik.

Selain itu, kita juga bisa dorong komunitas lokal buat terlibat. Misalnya bikin acara bersih-bersih pantai, konser musik, atau festival kuliner di sekitar TRP Kartini. Dengan begitu, Pantai Kartini nggak lagi terasa sunyi.

Buat saya pribadi, Pantai Kartini itu punya nilai sejarah dan emosional. Nggak sekadar tempat wisata, tapi juga saksi perkembangan kota kecil di pesisir Jawa ini. Kalau kita biarkan, bisa jadi satu dekade lagi namanya cuma tinggal di buku sejarah.

Saya yakin, dengan niat baik dan pengelolaan profesional, Pantai Kartini bisa bangkit lagi. Kita sebagai warga juga bisa jadi bagian dari kebangkitannya.

Jadi, kalau kalian lewat Rembang, sempatkan mampir ke Pantai Kartini. Foto, share, dan doakan semoga pemerintah bener-bener gercep perbaiki. Karena saya yakin, suatu hari nanti, Pantai Kartini akan ramai lagi. Dan saya pengin lihat anak saya main di sana dengan ceria – sama kayak saya waktu kecil dulu.

Post a Comment